Sunday 19 June 2011

lorong pintu akhirat


Susunan Atmosfer yang Terancang dan Terukur

Pemeliharaan keseimbangan perbandingan oksigen di atmosfer diwujudkan melalui sistem “daur ulang” yang sempurna. Ummat manusia dan hewan secara berkesinambungan menggunakan oksigen, sementara itu mereka menghasilkan dan mengeluarkan gas karbondioksida, yang bagi mereka bersifat racun..

Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya. (QS. Al Anbiyaa', 21: 32)

Bagi Anda, bernafas mungkin tidak lebih daripada menghirup udara dan kemudian mengembuskannya kembali. Tetapi, agar proses ini dapat berlangsung dengan baik, telah dibangun sistem yang sempurna dalam segala segi. Kita tidak perlu melakukan usaha sedikit pun untuk bernafas. Bahkan, kebanyakan orang mungkin sama sekali tidak pernah memikirkan secara sadar proses ini. Semua orang perlu bernafas secara terus-menerus, sejak kita hadir di dunia ini sampai kita meninggal. Semua keadaan yang dibutuhkan, baik di dalam tubuh maupun di lingkungan kita, telah diciptakan oleh Allah, dan karenanya, kita dapat bernafas dengan mudah.

Pertama sekali, agar manusia dapat bernafas, keseimbangan gas-gas dalam lapisan udara bumi haruslah diatur dengan tepat. Perubahan yang tipis saja di dalam keseimbangan ini dapat mengakibatkan hal yang fatal. Namun, gangguan itu tidak terjadi sama sekali, karena atmosfer bumi merupakan campuran khas yang dirancang sebagai gabungan dari berbagai keadaan yang sangat khusus, yang semuanya berpadu sehingga berfungsi secara sempurna.

Atmosfer bumi terdiri dari nitrogen (77 %), oksigen (21 %), karbondioksida (1 %), argon, dan gas-gas lainnya. Marilah kita mulai dengan yang terpenting di antara semua gas ini, yaitu oksigen.

Oksigen sangat penting karena makhluk hidup membutuhkan gas ini agar dapat hidup. Untuk memperoleh oksigen, kita bernafas. Perbandingan oksigen di udara dipertahankan agar tetap berada dalam keseimbangan yang sangat halus dan cermat.

Pemeliharaan keseimbangan perbandingan oksigen di atmosfer diwujudkan melalui sistem “daur ulang” yang sempurna. Ummat manusia dan hewan secara berkesinambungan menggunakan oksigen, sementara itu mereka menghasilkan dan mengeluarkan gas karbondioksida, yang bagi mereka bersifat racun. Tumbuh-tumbuhan, di lain pihak, melangsungkan proses yang justru merupakan kebalikannya, dan menjaga kelangsungan hidupnya dengan cara mengubah karbondioksida menjadi oksigen. Setiap hari, bermiliar-miliar ton oksigen dilepaskan ke atmosfer oleh tumbuh-tumbuhan dengan cara ini.

Sekarang, jika manusia dan hewan melangsungkan reaksi kimia yang sama dengan tumbuh-tumbuhan, maka bumi, dalam waktu yang amat singkat, akan menjadi planet yang tak dapat dihuni makhluk hidup. Jika baik hewan maupun tumbuhan menghasilkan oksigen, atmosfer akan menjadi sangat mudah terbakar dan percikan api yang paling kecil sekali pun akan menyebabkan kebakaran yang hebat. Akhirnya, dengan skenario yang sedemikian, bumi akan tinggal jadi arang. Jika sebaliknya, baik tumbuhan maupun hewan sama-sama menghasilkan karbondioksida, akibatnya oksigen di atmosfer akan habis dengan cepat, dan dengan sendirinya, segera semua makhluk hidup akan menyongsong kematian karena tak bisa bernafas.

Semua hal ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan atmosfer bumi khusus bagi kehidupan manusia. Jagat raya bukan tempat yang kacau-balau tanpa kendali. Ini semua sudah direncanakan dengan sangat teperinci, dan Allah, pemilik kekuatan yang abadi, menjadikan semua itu ada. (Harun Yahya)

Wednesday 8 June 2011

Allah Juga kah Yang Mentakdirkan Manusia Dosa?





Ada sebuah wacana menarik ketika seorang anak muda melontarkan pertanyaan kepada seorang Ustadz.

“Ustadz, Allah jugakah yang mentakdirkan manusia dosa ?”, tanya pemuda itu membuka percakapan.

“Manusia itu sudah diberi akal untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang berpahala dan mana yang dosa. Jadi manusia itulah pada hakekatnya yang mendhalimi dirinya sendiri, sehingga dia terjerumus dalam dosa”, jawab sang ustadz dengan senyum ramah di bibirnya.

“Jadi, kuncinya pada akal manusia ?”.

“Ya, justru itulah yang membedakan manusia dengan hewan atau makhluk lain”.

“Lalu, siapa yang menggerakkan akal sehingga dia bisa memilih jalan sorga atau neraka ?”, anak muda itu terus mengejar dengan pertanyaan.

“Faktor utama kualitas output itu ditentukan oleh kualitas input. Itulah hukum dasar produksi; yang juga berlaku untuk akal kita. Analoginya, kalau bahannya cuma semen, pasir dan air, mustahil bagi kita untuk membuat ubin marmer. Ubin marmer inputnya ya marmer. Artinya, agar otak kita memutuskan jalan sorga, inputnya harus amal kebaikan. Misalnya pengajian, tartil Qur’an, majelis taklim, teman sholeh/sholekhah dan segala tuntunan Qur’an – Hadist.”

“Siapa yang menggerakkan hati sehingga mampu memilih input dengan kualitas surga ?”

“Allahlah Sang Muqollibal Qulub (Pembolak Balik Hati)”, jawab Sang Ustadz dengan mantap.

“Jadi artinya Allah penentu “input surga” sebagai konsumsi otak manusia sehingga dia mampu memilih jalan ke surga. Allah juga penentu “input neraka” sebagai konsumsi otak manusia sehingga dia memilih jalan dosa. Bisakah saya menyimpulkan bahwa Allah juga yang menentukan manusia dosa ?”,

Si anak muda tadi berusaha menyimpulkan dari obrolan dengan sang ustadz.

Sang ustadz hanya tersenyum dengan kerut didahinya. Ia lalu mengatakan, "Demi Allah; tidak ada selembar daun keringpun yang jatuh tanpa izin-Nya. Tidak ada setetes darahpun yang mengalir dalam tubuh ini tanpa izin-Nya. Tidak ada kematian seserat neuronpun di otak kita tanpa seizin-Nya. Tidak ada setitik pikiran dan seucap katapun yang sanggup dilontarkan manusia tanpa seizin-Nya. Allahlah yang memberi hidayah manusia sehingga suatu kebaikan ringan dia kerjakan."

Mari ikuti beberapa uraian berikut. Shalat sudah menjadi kebutuhan, ucapan santun menjadi trade mark dan ibadah apapun terasa nikmat. Namun kadang kondisi ini membuat manusia makin lalai. Bukan lalai pada Tuhannya, tapi yang paling sering adalah lalai pada saudara sesama muslimnya. Dia berfikir bahwa orang setingkat dia harus hidup dengan komunitasnya. Dia takut kalau orang yang keimanannya dibawahnya, atau jauh dibawahnya akan memberi dampak negatif bagi perkembangan rohaninya. Walhasil, dia hanya hidup di kalangan komunitas exclusive bikinannya sendiri. Kalau kondangan saja, dia selalu ngumpul sesama “jalur” dan tidak membaur. Sukanya mengorek kekurangan kelompok lain dan merasa diri/kelompoknyalah yang paling hebat.

Inilah sisi lain yang dengan kasih sayang-Nya, Allah berusaha mengubah dengan “takdir lain”. Dia takdirkan dosa dengan apapun penyebab yang mungkin. Shalat tahajjud sampai kelelahan dan tertidur sebelum adzan subuh. Akhirnya terbangun Jam 06.30 pagi.. Langsung mandi, berangkat kerja dan tidak sempat lagi shalat subuh. Dapat sunnah tapi yang wajib ditinggalkan. Ibarat dapat tambal baju, tapi tidak pakai baju. Karena amalan sunnah itu hanyalah amalan tambahan sebagai tambal bolongnya amalan wajib. Bolong karena kurang ikhlas, riya’ atau hal lain.

Mari kita lihat saudara-saudara kita yang sedang dijalur “kurang beruntung”. Pekerjaan utama sebagai penjaja tubuh. Dapat duit untuk judi sambil minum-minuman keras. Setelah duitnya habis dia “jualan” tubuh lagi. Begitulah kesehariannya dia jalani dengan normal menurut ukurannya sendiri. Tidak ada kata dosa.

Duapuluh tahun berikutnya ketika usianya menginjak empatpuluhan, nilai jualnya sudah turun drastis. Persaingan makin ketat dengan munculnya “daun-daun muda” baru. Cari duit sudah sulit. Badanpun mulai sakit-sakit. Setelah di-cek ke dokter, ternyata kena AIDS. Hari demi hari tubuhnya kian kurus.

Detik demi detik dari setiap sisa nafasnya hanyalah untuk menanti kereta kematian. Dia terhenyak, “kepada siapa lagi aku minta pertolongan ?” Akhirnya dengan rasa malu dia menyebut sebuah nama yang sudah terkubur selama duapuluh tahun. “Allah……….Allah……….Allah……”, mulutnya gemetaran menyebut dengan air mata meleleh penuh ketulusan. Dia yakin se-yakin yakinnya hanya Allahlah yang sanggup menolong. Sajadahpun dia cari lalu digelar untuk shalat, taubat dan taubat. Tak ada sedikitpun kesombongan terbesit dihatinya. Karena memang tidak ada yang pantas dia sombongkan dihadapan siapapun. Dosanya menumpuk sedang amal sorganya baru dia mulai. Inilah sisi yang lebih “lain” lagi sehingga Allah mengubah takdirnya. Dari sesat menjadi hidayah. Subhanallah.

Dari kedua contoh yang saling bertolak belakang tersebut, dapat disimpulkan bahwa takdir Allah itu adalah tuntutan kasih sayang-Nya. Dia Maha Tahu dengan cara apa Dia membuat manusia berjalan di trotoar yang benar dalam ukuran-Nya. Semuanya bertujuan agar sang mahluk tunduk pada Sang Khalik dengan setunduk-tunduknya. Penuh keihlasan. Ikhlas dengan tujuan hanya kepada Allah. Bukan hanya untuk mencari popolaritas ditengah-tengah manusia, karena namanya memang sudah miring dalam pandangan manusia.

Perbaikan demi perbaikan tidaklah berarti lagi dimata manusia. Lalu kepada siapa dan kepada siapa lagi dia harus minta pertolongan ? Inilah titik kulminasi kepasrahan yang diciptakan Allah pada sang hamba agar dia benar-benar kembali ke pangkuan-Nya. Dengan demikian pertolongan dan keagungan Tuhan bukan hanya sekedar kalimat-kalimat puisi, lagu atau nyanyian tapi lebih dari itu; dia akan rasakan dengan sepenuh hati. Kesimpulannya bahwa Allah tidak akan menjatuhkan takdir dengan sia-sia.

Dengan kasih sayang-Nya, tidak ada satupun dari takdir-Nya yang merugikan manusia. Semua bertujuan agar manusia kembali ke pangkuan-Nya dengan kesucian karena dia berangkat ke dunia dengan kesucian pula. Semua bertujuan agar manusia benar-benar sepenuhnya bergantung pada-Nya, sehingga tidak ada kemusyrikan dihatinya, walaupun sebesar zarrah.



sugito@aitbatam.com

Wednesday 1 June 2011

Benarkah wanita lemah dalam akal & agamanya?



Faham persamaan gender yang dihembuskan para penganut faham feminisme serta musuh-musuh Islam (terutama Yahudi), telah berhasil meracuni pemikiran banyak kalangan, termasuk kaum muslimah. Padahal model persamaan yang mereka maksud dengan istilah emansipasi, sangat bertentangan dengan syari'at Islam. Secara fitrah, Allah memang telah melebihkan derajat kaum lelaki atas kaum wanita karena berbagai sebab dan faktor. Dalam hal fisik serta sisi-sisi tertentu (seperti dalam masalah kepemimpinan), wanita memang berada di bawah kaum laki- laki. Namun, hal ini bukanlah merupakan kezhaliman atau diskriminasi atas kaum wanita. Maha Suci Allah dari hal tersebut. Justru dengan syari'atNya, Allah telah mengangkat harkat dan derajat kaum wanita sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkanNya atas wanita. Hal ini tidak tersembunyi sedikitpun bagi mereka yang betul-betul memahami kandungan syari'at Islam yang sempurna ini dengan pemahaman yang benar dan lurus.
Kelemahan Akal Dan Agama Pada Wanita, Antara Makna Dan Hikmahnya
Pada sisi tertentu, kaum wanita memang memiliki kelemahan-kelemahan sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan Sang Pembuat Syari'at Yang Maha Bijaksana. Dalam hal fisik, pengendalian emosi, daya pikir, serta kemampuan untuk memimpin, Allah telah melebihkan kaum lelaki atas kaum wanita. Oleh karena itu, tidak pernah tercatat dalam sejarah, Allah mengangkat seorang wanita menjadi nabi atau rasul. Allah juga telah menjelaskan, bahwa salah satu karakter seorang wanita. yaitu lemah dalam berargumentasi disamping kecenderungan gemar berhias dan bersolek. Allah berirman. Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran? (QS Az Zukhruf: 18)
Sehingga secara umum, kaum lelaki memang lebih berakal dan lebih bisa berfikir panjang dibanding kaum wanita. Lebih jauh lagi, sabda Rasullulah berikut akan menjelaskan kepada kita, makna kelemahan akal dan agama pada wanita. Wanita cerdik diantara mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapakah kebanyakan dari kami menjadi mayoritas penghuni neraka?" Beliau menjawab, "(Karena) kalian sering melaknat dan mengingkari (kebaikan) suami, dan tidaklah aku pernah melihat (seorang) diantara kalian para wanita yang lernah akal serta agamanya, lebih berakal dari (seorang laki- laki) yang berakal". Wanita itu bertanya lagi, "Apa maksud dari kurangnya akal dan agama?" Beliau pun menjawab, "Adapun kelemahan akal. Karena persaksian dua orang wanita sebanding dengan persaksian seorang laki-laki. Inilah (tanda) kurangnya akal, serta kalian berdiam selama beberapa hari tidak melaksanakan shalat, serta berbuka di (siang hari) Ramadhan. Inilah (indikasi) kurangnya agama." 
Dalam hadits di atas, Rasulullah telah menjelaskan makna sifat kurang pada akal dan din (agama) wanita. Beliau menjelaskan, bahwa kelemahan atau kurangnya akal wanita terletak pada sisi kedhabitan (akurasi) persaksian mereka. Bahwa persaksian seorang wanita tidak bisa diterima, kecuali setelah dikuatkan dengan persaksian satu orang wanita lagi. Hal ini karena lemahnya daya ingat mereka, ataupun terkadang mereka suka menambahkan keterangan dalam memberikan persaksian. Beliau menjelaskan, bahwa hal tersebut menjadi tanda bagi kurangnya akal seorang wanita. Sedangkan makna kurangnya diri mereka, karena pada saat haidh dan nifas, mereka terhalang untuk melaksanakan shalat dan puasa. Berbeda dengan kaum lelaki yang bisa shalat dan puasa sepanjang tahun. Inilah yang menjadi indikasi dari kurangnya agama wanita. Tentu tidaklah sama kondisi orang yang bisa melaksanakan shalat sepanjang tahun dan berpuasa Ramadhan sebulan penuh, dengan orang yang tidak shalat selama sekian hari setiap bulannya. serta terhalang shaum Ramadhan selama beberapa hari. Adapun hikmah dibalik kekurangan wanita tersebut, Syaikh Abdullah bin Baaz - setelah menjelaskan makna kurangnya akal dan agama wanita pada hadits Nabi di atas- beliau menuturkan, "...sifat kurang yang ada pada wanita ini, bukanlah suatu dosa dan ia tidak disiksa karenanya. Ini merupakan kekurangan yang terjadikarena ketetapan Allah. Dia yang telah mensyari'atkan hal tersebut bagi wanita. Sebagai wujud kasih sayangNya dan untuk memberikan kemudahan bagi wanita. Karena, jika seorang wanita yang sedang haidh ataupun nifas (tetap diwajibkan untuk) berpuasa, had itu te'ntu akan membahayakannya. Maka. diantara bentuk rahmat Allah atas wanita, yaitu Dia telah mensyari'atkan bagi wanita untuk meninggalkan puasa (pada waktu haidh). Adapun shalat, wanita dilarang untuk mengerjakannya, karena pada saat haidh ia terhalang untuk bersuci. Maka dengan rahmatNya, Dia mensyari'atkan baginya untuk meninggalkan shalat. Demikian juga ketika nifas. Dan Allah tidak mewajibkannya untuk mengqadha shalat yang ditinggalkannya selama haidh atau nifas. Karena,
jika wanita harus mengqadha, tentu hal itu sangat memberatkannya. Sebab, aktivitas shalat berulang sebanyak lima kali dalam sehari semalam. Dan masa haidh berlangsung selama beberapa hari. Kadang mencapai tujuh atau delapan hari, sedangkan masa nifas bisa mencapai empat puluh hari. Maka, sebagai wujud rahmat Allah, adalah Dia telah menggugurkan kewajiban shalat serta (menggugurkan kewajiban) mengqadha shalat atas wanita haidh atau nifas. Meskipun demikian, tidak berarti kelemahan dan kekurangan akal wanita mencakup segala sisi, juga agamanya lemah dari segenap sisi. Rasulullah telah menjelaskan, bahwa kelemahan akal para wanita adalah dari sisi kelemahan daya ingat. Sedangkan kelemahan agamanya terletak pada sisi terhalangnya ia dari shalat dan shaum, karena haidh dan nifas. Dan juga tidak berarti. bahwa kekurangan tersebut menjadikan wanita beradadi bawah kaum lelaki pada seluruh segi, kemudian kaum lelaki lebih utama daripada wanita dalam segala sisi."
Motivasi Islam Bagi Wanita Untuk Berlomba Dengan Kaum Lelaki Dalam
Kebaikan
Dalam syari'atNya, Allah telah memberikan peluang sama besarnya kepada kaum wanita dengan kaum lelaki untuk berlomba beramal shalih. Allah berirman, Maka Rabb mereka memperkenankan do'a mereka (dengan ber_rman), "SesungguhnyaAku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kalian, baik laki-laki atau perempuan. (karena) sebagian kamu adalah keturunan sebagian yang lain." (QS Ali Imran:195)
Pada umumya, memang kaum lelaki lebih unggul dari kaum wanita. Namun bukan berarti kaum wanita tidak mempunyai kesempatan untuk berlomba dengan mereka dalam urusan amal shalih. Betapa banyak wanita muslimah yang menjadi contoh dalam ilmu, amal shalih serta ketaqwaan.
Seluruh kaum muslimin mengetahui keutamaan Ummahatul Mukminin, terutama `Asyiah putri Abu Bakr Ash Shiddiq. Sepeninggal Nabi, banyak para sahabat yang meriwayatkan hadits darinya, serta bertanya kepadanya mengenai permasalahan agama. Lalu para wanita pada generasi sesudah mereka, seperti isteri dari Al Hafizh AI Haitsami, yang tak lain adalah putri dari guru beliau sendiri, yakni Al Hafizh AI 'Iraqi; telah membantu beliau dalam muraja'ah kitab-kitab hadits. Kemudian juga putri Imam Malik, membantu ayahnya mengoreksi kesalahan murid beliau ketika membaca Runt, Al Muwatha'. Juga putri seorang tabi5n besar Said bin
Musayyib, mengajarkan kepada suaminya ilmu yang ia dapatkan dari ayahnya, sertamasih banyak lagi para wanita yang terabadikan dalam  lembar sejarah,dikarenakan keteladan mereka dalam ilmu dan amal shalih. Jadi jelaslah, bahwa kaum wanita jugabisa memiliki andil yang besar   medan ilmu dan amal shalih. Berkenaan dengan hal ini, Syaikh Abdullah Bin Baaz berkata, melanjutkan keterangan beliau tentang hadits di atas,"Memang benar, secara umum kaum laki-laki lebih balk dari kaum wanita karena berbagai faktor, sebagaimana yang telah Allah firmankan,
Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (QS An-Nisa': 34) Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan individu wanita tertentu mengungguli sebagian laki-laki. Betapa banyak wanita yang mampu melebihi laki-laki dalam akal, agama serta daya ingatnya. Nabi menjelaskan pada hadits di atas, bahwa akal serta agama wanita berada di bawah kaum lelaki dilihat dari dua sisi yang telah dijelaskan tadi. Dan mungkin juga bagi wanita untuk memperbanyak anal shalih, sehingga ia bisa melebihi kaum lelaki dalam masalah amal shalih, taqwa kepada Allah serta kedudukan mulia di akhirat nanti.
Tidak sedikit dari kaum hawa yang menaruh perhatian lebih kepada masalah-masalah tertentu, kemudian ia mampu menghafal dan mengingat masalah-masalah tersebut dengankesungguhannya, hingga melebihi keku-atan hafalan sebagian laki-laki. Lalu ia menjadi sumber rujukan dalam catatan sejarah Islam. Realita ini sangatlah jelas bagi mereka yang maumenelaah keadaan para wanita pada zaman Nabi dan generasi sesudah
beliau. Dengan demikian, dapatlah kita simpulkan, bahwa kekurangan yang ada pada wanita tersebut di atas, tidak menghalangi kita untuk mengambilriwayat darinya. Demikian juga dalam masalah persaksian, jika ia telah dikuatkan dengan persaksian seorang wanita lagi. Kekurangan-kekurangan tersebut, juga tidak mencegah para wanita untuk meraih predikat taqwa di sisi Allah ataupun menjadi hamba Allah terbaik, jika ia man beristiqamah dalam (berpegang dengan ajaran) agama. Meskipun kewajiban menjalankan puasa gugur atasnya pada waktu haidhdan nifas, serta ia tidak shalat pada dua kondisi tersebut, juga tidakdiperintah untuk mengqadha shalaa, haI ini tidak menjadikan adanyakonsekwensi, bahwa kelemahan wanita meliputi seluruh segi. baik dalamhal bertaqwa kepada Allah, menjalankan perintahNya, serta daya ingatnyadalam sebagian masalah tertentu yang ia perhatikan dengan intens. Dua kekurangan yang melekat pada kaum hawa tersebut, merupakan kekurangan yang khusus dalam hal akal dan agamanya, sebagaimana telah dijelaskan Nabi. Maka tidak selayaknya bagi kaum lelaki yang beriman kepada Allah mengolok kaum wanita sebagai makhluk yang kurang akal dan agamanya dalam seluruh segi. Bahkan wajib bagi kita untuk bersikap inshaf (adil) dalam menghukumi masalah ini dan memahami sabda Nabi di atas dengan pemahaman yang baik dan benar. Wallahu a'lam.
Tidak Ada Wanita Yang Sempurna, Kecuali Maryam Dan Asiyah
Diantara para wanita hamba Allah, ada yang Allah lebihkan derajat mereka dari sekian hambaNya. Maryam putri Imran adalah salah satunya. Allah telah menyebutkan namanya berulang dalam Al Qur'an. Kemudian Asiyah isteri Fir'aun yang Allah kisahkan tentang do'anya ketika mendapat penyiksaan dan suaminya sendiri dalam rangka mempertahankan keimanannya kepada Allah. Allah berirman, Dan Allah menjadikan isteri Fir'aun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata, "Wahai Pemeliharaku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam surga dan selamatkanlah aku dari fir 'aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang zhalim."
Dan Maryam putri Imran yang memelhara kehormatannya, maka kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami dan dia membenarkan kalimat-kalimat Rabbnya dan adalah ia termasuk orangorang yang taat. (QS At-Tahrim: 11, 12)
Kemudian sabda Rasulullah juga mempertegas keutamaan mereka berdua,disamping keutamaan Asiyah. Dari Aba Musa Al Asy"arr: la berkata, Rasulullah telah bersabda, Banyak diantara kaum lelaki yang sempurna. Namun tidak ada di antara wanita yang sempurna, kecuali Maryam putri lmran dan Asiyah isteri
Fir'aun. Adapun keutamaan Aisyah dari sekalian wanita, yaitu seperti keutamaan jenang tsarid(jenang yang sangat lezat) 4 dari sekalian makanan.
Demikianlah Allah telah menjelaskan keutamaan mereka, para hamba wanita pilihan Allah. Semoga kita bisa mengikuti jejak mereka dalam meraih ridha Allah dan surgaNya.
Amin Allahumma amin. (Amatullah).







Pustaka
[1] Syarh Shahih Muslim
[2] Nashihati Lin Nisa, Ummu Abdillah Al Wadi'iyyah
[3] Fatawa Al-Mar'ah, susunan Muhammad Al Musnid, Darul Wathan
[4] AI-Kalimat An-Na_'at Lil Akhawatil Mu'minat, Ash bin Muhammad Asy Syarif.